Thursday, April 05, 2007

::Dear Mister Langdon:: - Viva Cryptology.

Kalau Anda senang mengenakan kaos oblong Yogya ‘Dagadu’ yang terkenal itu, jangan pernah berpikir untuk terasosiasi dengan mata indah mengerjap-kerjap, berbinar menggetarkan, seperti tampilan visual logonya.
Bisa jadi Anda yang bukan ‘Yogya Asli’ – promonya memang terkesan rada rasialis :p – tidak tahu bahwa sebenarnya Anda sedang dimaki, atau memaki seseorang

Berawal dari bahasa sandi para preman dan kaum bromocorah di Beringharjo, ShoppingCenter, Bausasran, dan daerah ‘favorit’ lainnya, mereka menciptakan dialog yang tidak dimengerti sembarang orang kecuali komunitas gelap mereka untuk memperlancar operasi jahat.
Tetapi terbukti bahwa faktor intelegensia menentukan kerahasiaan terminologi bahasa yang mereka pakai akhirnya bocor diketahui umum.
Atau mungkin juga karena komunitas Yogya yang sangat mingle dengan tingkat akseptasi tinggi membuat hal yang seharusnya konfidensial menjadi cair secair-cairnya. Mbleber luber basah semua.
Bahasa gelap itu menjadi sapaan bersahabat bagi setiap orang di angkringan, pos ronda, warung gudeg di trotar sepanjang jalan atau (maaf) di daerah remang-remang.

Terbukti bahwa sebenarnya bukan Jacques Suniere atau Robert Langdon saja yang tahu cryptology. Adalah para preman dan bromocorah (baca : gali) yang bisa membuat Langdon ‘pecas ndahe’ (mudah-mudahan Anda tahu artinya) dengan kriptologi lokal yang membolak-balik hingga belok struktur huruf dan ejaan Jawa.

ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga

Adalah struktur normal dan waras. Yang oleh mereka dijungkir menjadi

pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga
ha na ca ra ka
da ta sa wa la

Sehingga sebenarnya ‘Dagadu’ awalnya adalah ‘Matamu”
Tetapi jangan buru-buru senang karena ‘Matamu’ diucapkan sebagai ‘Matamu!’ satu level dengan ‘Asu!’, ‘Mbahmu!’, ‘Dengkulmu!’, ‘Ndasmu!’ dan bagian tubuh lainnya, yang merupakan kata-kata makian.

“Leygi poya, dab?”
“Sacilat, poya padha bil paru”
“Bubudhe tene…”
“Dagadu!”
“Hallaaah…jape-methe”

(How was that Mister Langdon? You will be ‘mlukok’, I believe)

Terlepas dari makian atau bukan, kata ‘Dengkulmu!’ ataupun ‘Dagadu!’ tidak pernah diucapkan secara serius-dalam konteks memaki yang sebenarnya.
They don’t mean it.
Never!

Di Yogyakarta, kata-kata itu adalah makian friendly, seperti halnya menepuk pundak teman yang lama tidak bertemu. Bagian dari hospitality…ehm. Seperti penjaga took di Melbourne yang ramah menyapa :’Where you from, mate? You’re look a bit dark…”
(Ndasmu. Bilang aja kamu kok item sih?)

Yang jelas tidak demikian dengan Yogya.
Lagi pula, siapa sih yang tidak mencintai Yogya? Cieeee….Swiit Suiiiit….

(Brought to you by Yogyakarta Tourism Board. Haiyaah…dagadu!)

4 comments:

Iman Brotoseno said...

saya selalu pulang ke Yogja...tak pernah bosan

Stevie Sulaiman said...

Koreksi: "Bengadag Abnyap!"

Anonymous said...

Mister G,
blog-nya aku link ya...
nggak penting sih sebenernya (soale cuma cerita biasa) tapi ya gitulah, kayanya kok kalo gak minta ijin kok gak baik...hehehe (padahal minta ijinnya juga telat)
Nuhun...

Anonymous said...

bahasa rahasia paling top
tidak akan terbongkar oleh teknologi mutakhir