Wednesday, February 07, 2007

“Slippery Tongue” – No ice cream, please


Tahun 80 an, seorang mahasiswa salah satu akademi di Yogya terpaksa berurusan dengan polisi karena di sebuah acara kampus, dari atas panggung dia mengatakan : “Wismilak hirrahmannirrahim”.

Layaklah dia diborgol!
Siapapun pasti setuju bahwa itu plesetan yang sangat keterlaluan!
Tetapi itulah gejala epidemi yang nggak sembuh di Yogya waktu itu. Dan saya pikir dengan pindah ke Jakarta situasinya berbeda.
Ternyata itu cuma dugaan, sampai ketika dua minggu lalu saya akhirnya pergi ke Ojo Lali di Kemang Timur atas referensi Agus (mulai menyebut nama nih…)
Ojo Lali adalah tempat bikin sofa yang sering dipakai bikin props para PH, maka saya tanyalah si Mas yang di sana :

+/+ :“Mas, bisa bikin sofa?”
#/# : “Sofa so good” jawab si Mas spontan.

Wuahahahaa….Blaaaar….!
Saya merasa berada di Wirobrajan dan sekitarnya, menemukan habitat asal tempat saya dibesarkan secara akademis sekaligus psikologis.
Di sana nggak heran kalau tukang becak, tukang sayur sampai anggota DPRD menggelincirkan lidah. Semata-mata untuk me’rileks’ kan urat nadi kehidupan, demi mencairnya social gap.

(Tapi ini di Jakarta bukan?)
Buat yang berbahasa Inggris dengan benar, mungkin nggak ada yang salah dengan kalilmat si Mas tadi. Tapi saya tahu yang bersangkutan tidak bermaksud berbahasa Inggris, karena yang dimaksud adalah ‘so far so good’.
Makanya, ‘sofa so good’ mencairkan transaksi harga bikin sofa. Kami lantas ‘nyang-nyangan’ – tawar menawar dengan bahasa ibu. Yang berakhir dengan kekalahan dia dengan harga murah yang diberikan. Salah sendiri bisnis di Jakarta kok nyari gara-gara, kan?

“Rugi lu Mas..”
(Rugi Choirudin?)

Plesetan - terlepas itu menyebalkan (buat orang Yogya tetap menu pembicaraan sehat seperti gudeg, menu untuk hidup waras) yang tanpa mengenal Muchsin - ternyata terklasifikasikan menjadi beberapa kasta kecanggihan :

#1. Level Master.
Level ini punya tingkat kesulitan paling tinggi karena hanya memelesetkan satu huruf (ingat, SATU huruf !). Apakah itu vokal atau konsonan tidak jadi masalah (malah pelajaran bahasa ?!).
Level ini pada awalnya dikuasai oleh orang-orang yang kurang kerjaan, yang dalam perkembangannya dijadikan sebuah pekerjaan, dan akhirnya dipelajari oleh para pekerja.
Semakin tipis sebuah kata atau kalimat diplesetkan, semakin tinggi kasta orang yang bersangkutan.

Contoh conversation :
Orang Jawa memaki dengan kata ‘Asu’ (anjing).
o/o : “Asu!”
x/x : “Asu cinta padamu…heuheuheu”

#2. Level Sub Master.
Level ini biasanya lebih lucu karena mengacu pada bunyi kalimat/kata yang bersangkutan. Semacam rhyme (rhyme sepeda?), yaitu bunyi akhir dari sebuah kata atau kalimat.
Seorang teman selalu bilang bahwa plesetan udah nggak Muchsin.
Anda bisa tahu, kasta apa teman saya itu.
Padahal saya tidak mengastakan apa-apa kepada Anda, bukan?

Pada sebuah preproduction meeting resmi dengan klien, si film director bilang bahwa kolamnya nanti akan diisi dengan kiambang (teratai -red).
Lidah saya yang sangat gatal waktu itu nyeletuk spontan :
“Kiambang kromong?”
Meskipun semua tertawa, tapi sampai sekarang saya masih menyesal mengatakan itu :P
Ayah saya kalau masih ada pasti akan bilang :
“Bocah kok ora ngerti toto kromo!”

Ya, tapi begitulah.
Ciri-ciri plesetan di kasta ini adalah spontan, gampang dimengerti dan punya tingkat ‘itchiness’ yang tinggi.

#3. Level Sub Master Digital (mulai ngawur..!)
Kasta ini sering bersifat asosiatif, menghubungkan kata yang dipelesetkan secara situasional. Buat mereka yang nggak nyambung dengan gaya bahasa plesetan, semakin nggak nyambunglah dia.

Contohnya begini :
o/o : “Psttt…ada anak Bandung”
x/x : “Pasti waktu kecilnya sering dimarahin ayahnya”
Naaaaa….bingung kan, padahal yang dimaksud adalah ‘badung’.

Dasar nasib, orang-orang penganut plesetan di level ini sering dibilang Garing, meskipun dia belum pernah bikin film.
(Bingung bingung deh…:P).

#4. Level Wonebi (Sadao Wannabe)
Orang-orang di kasta ini hidupnya kurang beruntung, karena kemampuannya pas-pasan sehingga setiap usaha memelesetkan sesuatu harus dibantu dengan penjelasan (pembahasan –red).
Peruntungan di tahun 2007 ini harus didukung upaya keras agar bisa duduk semeja dengan kasta lain (kok jadi ramalan tahunan?)

o/o : “Saya kan cuma wannabe”
x/x : “Ikutan Java Jazz dong…”
o/o : “??”
x/x : “Iya, maksudnya Sadao Watanabe”
(Mampus nggak tuh?)

Orang-orang di kasta ini sebaiknya belajar PowerPoint atau KeyNote (maaf, sementara hanya untuk Mac users) untuk mempresentasikan penjelasannya (bahasan –red) agar bisa dikategorisasikan sebagai genre SliperryTounge (berbunyi nyaring).

#5. Level OhMyGoat
Tidak banyak deskripsi mengenai kasta ini. Anda justify aja sendiri deh.
o/o : “Mari-mari silahkan…”
x/x : “Pakai handuk dong?”
o/o : (melongo)
x/x : “Hehee…anu, maksudnya mandi”

(Dzing! Gedubrax! Prax!#@xx#@!!!)
Silahkan ambil kursus kelas pemula di ruko sebelah.

Sofa so good, deh.