Monday, October 09, 2006

When you deserve it, you will – Sour bean. Robusta

Kalau ditanya siapa penulis yang saya kagumi, pastilah beliau adalah Umar Kayam (alm). Karena dia Jawa? Bukan, karena saya juga mengagumi Iwan Simatupang yang bukan Jawa. Atau Mario Puzzo yang selalu menulis tentang Palermo dan Sisilia.

Dalam setiap tulisan Pak Kayam selalu ada penyederhanaan masalah dari sekian komplikasi problem yang ada.
Selalu ada pembelajaran dari kekaguman tanpa jadi membabi buta mengagumi sehingga lupa harus berbuat sesuatu yang mengagumkan juga.
Selalu ada ‘message’ dan sentilan agar segala sesuatunya berjalan proporsional.

Seorang teman lama dari negara tetangga pernah dengan antusias memberitahukan :

o/o : “Eh, I just got a new writer. She’s very brave. Award winning. She scares all client services. I am sure she’s gonna be a group head in the near future”
x/x : “Wow”
(Kata saya, meskipun sebenarnya saya sudah tahu, makhluk seperti apa writer yang dimaksud itu).
Dalam hati saya sebenernya juga bertanya-tanya kenapa harus nakutin client service? Kalau kita main pingpong dan lawan main kita takut, apakah kita akan mendapatkan umpan bola yang baik?

Tapi saya diam saya, wong nggak disuruh komentar kok.

Tiga bulan kemudian saya ketemu lagi teman tadi dalam forum yang sama. Kali ini saya yang bertanya duluan :
x/x : “How’s your writer? Is she doing great?”
o/o : “Well…you know when you think you have achieved something but actually you have not?”
(Saya garuk-garuk kepala, agak nggak mudeng. Mungkin karena ngomongnya bahasa Inggris :P)
o/o : “That’s her!”
x/x : “Owws…”
(Saya tidak bilang kalau sebelum direkrut dia, sebenarnya yang bersangkutan sudah saya tolak karena persis seperti yang teman saya katakan tadi. Hanya saja entah kenapa saya mendeteksinya lebih awal).

Saya jadi ingat tulisan Pak Kayam tentang interaksinya dengan sopir sekaligus ‘ajudan rumah tangganya’ mengenai posisi jabatan yang ‘di advanced’ karena keterburu-buruan seseorang kepingin menjabatnya.
Seseorang dengan angle yang sempit merasa bahwa dia mengetahui lebih banyak, padahal jabatan yang ingin didudukinya mengharuskan kemampuan dia untuk menghandle krisis lebih banyak.

6 comments:

oca said...

postingan kali ini mengagumkan..
thanks.

rangga said...

dan Mister Rigen pun berlalu diiringi nyanyian Tolo-tolo, "Jarene isa, jarene isaaa..."

*halah...*

Anonymous said...

Bul dibalik wajah seserius Commodor Adama (kakean nonton Battlestar Galactica ki), tersembunyi otak cerdas dan hati lemah lembut bagai sutra..hahahaha semaput aku.
Lagi ngerti aku dab..
Eh ayo touring ke Wediombo (www.wediombo.com)?


(www.nesumulih.com)

mister::G said...

Lantas Tolo-Tolo merengek minta dibelikan sate usus...:P Domestik sekali....

ishtar said...

hemmmm....

Iman Brotoseno said...

btw Mr Rigen mungkin bisa jadi creative lho mas,idenya cemerlang mulai dari mendayagunakan mobil garuda yeksanya,masalah dapur dengan nansiyem sampai bersilat lidah dengan Dr.Ir. Prasojo...