Thursday, August 31, 2006

Brick through, indeed – breaks the wall, in fact.

Siapa bilang tikus suka makan keju.
Ternyata itu cuma ada di filmnya Disney, Pixar aja nggak gitu.
Keju segitiga bolong-bolong ditaruh di depan lubang tikus di lantai.
Ah, ternyata grafis doang.

Nyatanya sejak seluruh penghuni rumah ribut ada satu tikus masuk ke oven, dipasangin keju dan jebakan berkali-kali masih juga utuh.
Sampai datengin montir oven berkompor (atau kompor ber-oven) untuk membongkar segala sudut, si tikus juga masih bisa berkelit.

Darimana datangnya tikuuuuuss….?
Nah itu pertanyaan yang mengenaskan.
Bagaimana mungkin rumah dengan sanitasi sedemikian ini ada tikusnya? (Mulai deh…)
Kalau nyamuk sih iya, maklum banyak tanaman.
Lah tikus?

Sampailah pada suatu malam.
Bayangan kecil mengendap-endap dinding belakang mengusik orang lagi nonton tattoo di Miami Ink.
Haaaah? Tikus!
Nongol dari batu bata yang diekspos di tembok belakang.
So, you must be an expatriat, huh?
(pokoknya setiap pendatang asing kasih nama aja 'expatriat')
Beraninya ‘coming from behind’ tembok.
Padahal di belakang tembok ada pura kecil tempat persembahyangan tetangga belakang yang orang Bali itu.
So, you must be an expatriat bastard, huh?!!
Stepping on a pura, screw up the whole things.

Hari ke empat tikus itu nongol sekilas di dapur. Weeeits….!
Hilang lagi. Oke deh, hide and seek.
Hari ke enam, tiba-tiba yang bersangkutan lari melintas ruang tengah dengan pede-nya. Waaaa… ini dia, no excuse.
Ingat di laci ada Glock dan gas setengah kaleng dengan BB bullets seplastik utuh.
Glock pestol Swedia itu masih ber-gas penuh dan siap ditembakkan.
Kalau gak mampus keterlaluan, at least matanya bolong.
Bang! Bang!
(Nggak kena! Anjrit!)
Yang bersangkutan lari ke bawah sofa.

Oke, mana senternya?
Dengan ngelosor di lantai - very low angle dengan flash light, keliatan yang bersangkutan matanya mencorong di bawah sofa.
Belum sempat dibidik, tiba-tiba yang bersangkutan lari sekencangnya lurus ke arah mata yang mendatar di lantai, kayak crash zoom-in kenceng banget.
Bang!
Sebelum menabrak muka, yang bersangkutan lari membelok kayak mobil lagi slalom (slalom kecantikan, haiyah!).
Kayaknya sih, kayaknya… yang bersangkutan terkena tembakan BB bullet (BB=bener-bener bulet).
Larilah dia terpincang-pincang (karena kayaknya kena sih, tapi kok masih bisa lari ya?), nyusup ke dapur entah ke mana.
(Silent. Penonton kecewa).

Untuk amannya nih…diracun aja.
Untuk amannya lho.
Maka dipasanglah racun yang bisa mengeringkan tubuh yang bersangkutan kalau memakannya. Bukan dengan umpan keju.
Catat, tikus nggak doyan keju!

Hari berikutnya ada kabar bahwa yang bersangkutan terkulai di pot anggrek tapi belum mati dan masih bisa jalan tapi pelaaan… banget.
Langsung kebayang kartun Disney, ada tikus yang jalan pelan bawa bungkusan di tongkatnya dengan kaki diikat perban dengan tampang memelas dan keringat mengucur.
Kasihan.
Haiyah, gak boleh mellow.
He (or she?) must be an expatriat bastard who came from behind the wall tresspassing the bricks.
He (or she?) ruins my neighbor's ritual – they’re Balineses you knoooouw…!

And that kind of smuggler expatriat must die.

* untung ditembak gak kena (untung teruuuusss…)

8 comments:

dikisatya said...

Baru kali ini gua bisa mendapati expatriat dalam form sekecil ini.

Bucin said...

di rumahku expatriatnya malah lebih banyak. hiks...

rangga said...

kenapa yang kebayang ama gua seekor tikus coklat bernama Jerry ya?

*my hero*

mister::G said...

Tikus yang paketnya minta BMW dan rumah dengan kolam renang huhuhuhuuuu....Mister mister, you go home.

oca said...

Darimana datangnya tikuuuuuss?
Dari BSD siy kayaknya... bukan dari Rawamanyun :P

Anonymous said...

Hahahaha, kemlinthi.
Saiki nyebute : BANG, BANG...
Asline kan DHOR DHOR (inget : DH, not D)...

...ngeluk boyok yukkkk....

Anonymous said...

maap, iki Den Su.
Mau rung nulis jeneng je.

mister::G said...

Ya habisnya di perpustakaan sound effect nggak ada DHOR DHOR...