Hampir bisa dipastikan entry CP tahun 2007 akan dijejali dengan begitu banyak ‘initiative ads’, terutama di kategori print.
Ini bukan ramalan tahun baru.
Atau mungkin tidak usah menunggu terlalu lama sampai CP 2007, pergilah ke Pattaya bulan Maret ini dan lihatlah di sepanjang koridor exhibition hall The Peach (Pattaya Exhibition and Convention Hall).
Kita akan segera tahu mana yang iklan beneran dan mana yang iklan sulapan.
Beneran ataupun sulapan sebenarnya dalam forum-forum semacam ini sebenarnya tidak menjadi masalah. Namanya juga ajang kreatifitas.
Namanya juga fashion show adi busana – haute couture. Di sisi lain toh legal dari segala persyaratan administratif – termasuk membayar, tentunya.
Tiga tahun lalu seorang anggota Juri Adfest di tengah diskusi yang memanas tiba-tiba berkata : ‘I smell scam’.
Semua diam dan tersenyum.
Barangkali terlalu capai kalau kita membicarakan terus yang mana scam yang mana initiative, atau apa perbedaan scam ad dan initiative ad. Tidak akan pernah habis dibahas di milis, situs internet atau forum diskusi terbuka lainnya.
Maka, sebaiknya mari kita lupakan saja perbedaan itu.
Initiative ad sebenarnya bermula dari ketidak puasan, rasa geregetan, proactiveness atau bahkan agresifitas sebuah agensi terhadap agensi kompetitor (termasuk tim kreatifnya tentu) yang hasilnya ‘begitu-begitu saja’ untuk brand yang dirasa menarik. Sehingga harusnya komunikasinya bisa jauh lebih menarik.
Sebuah proposal inisiatif kepada klien agensi lain yang isinya “kami bisa lebih baik dari agensi Anda yang sekarang”, yang ujung ekspektasinya adalah “biarlah kami yang menangani Anda – pecatlah agensi Anda sekarang”.
Initiative ad adalah bagian dari new business task force yang show off – dalam konteks bisnis tentunya. Yang kesuksesannya diukur dari billing yang berpindah ke agensi yang punya inisiatif dan perasaan geram dari agensi yang disudahi karena ‘begitu-begitu saja’ tadi.
Sehingga dengan demikian initiative ad mempunyai akan reputasi yang semakin lebar skalanya dalam perkembangan bisnis agensi berikutnya.
Tim internal akan membuktikan bahwa “kami memang lebih baik” dan lihatlah Mister Client, kami membuat portfolio untuk brand Anda dengan sebaik-baiknya. Begitu banyak pencapaian yang kami buat untuk Anda termasuk award di sana-sini. Bukankah terbukti bisnis Anda berkembang juga?
Silahkan memajang trophy yang kami peroleh di ruang meeting Anda, atau di meja kerja Anda untuk membuat Anda selalu bersemangat (dan tidak lupa kepada agensi kami tentunya).
Sungguh ideal seandainya itu bisa terjadi.
Dalam perkembangannya, initiative ad adalah senjata sakti untuk mengelak approval klien karena toh mereka dibebaskan dari segala kewajiban finansial.
Sebuah representasi dari win-win situation yang masih adil dan sekali lagi sah untuk dikirim sebagai entry di forum sebuah kompetisi. Dan sah pula untuk menjadi pemenang yang membawa pulang trophy.
Hanya saja kalau kita cermati beberapa tahun terakhir dan mungkin satu-dua tahun ke depan di forum kompetisi kreatifitas periklanan akan semakin dipenuhi dengan initiative ads seperti yang saya tulis di awal artikel ini.
Saya menganalogikannya seperti sebuah war game yang sering dimainkan di komputer-komputer di sela-sela pekerjaan.
Kalau peperangan yang kita mainkan semua menggunakan senjata sejenis Steyr Gun, bukankah perang akan menjadi terlalu mudah?
Apakah Anda tidak kangen dengan semangat senjata manual, tiarap di lumpur, atau masuk ke barak musuh dengan kamuflase jerami kumuh namun dengan kemampuan membidik yang akurasinya 100 persen?
Sampailah saya pada bagian yang subyektif di tulisan ini.
Bahwa initiative ad seperti yang saya maksud belakangan tadi adalah forum penyegaran yang tidak boleh dimatikan karena di dalamnya begitu banyak elemen positif; update, inovasi, passion, simplicity, ide segar, grafis, penggunaan media dan segala aura terang lainnya.
Yang akan semakin solid eksistensinya jika mampu membukakan mata hati klien (atau calon klien?) terhadap pemikiran baru.
Yang akan terbuang percuma dan terlupakan dengan segera kalau tidak ditindak lanjuti menjadi bisnis riil yang akan memuliakan seluruh kehidupan di agensi dan kemuliaan kreatifitas dengan potensi yang terkandung di dalamnya tadi, meskipun yang bersangkutan –dalam hal ini adalah si initiative ad tadi- memenangkan sebuah atau beberapa penghargaan.
Sementara dalam kenyataan keseharian kita, yang namanya membuat iklan yang baik penuh dengan penolakan, argumentasi, kefrustrasian serta ‘darah, keringat dan airmata’.
Tetapi sekali saja kita membuat pencapaian terhadap iklan yang baik – tidak peduli di forum award manapun, barangkali rasanya akan jauh berbeda dibanding initiative ad kita meskipun sama-sama membawa pulang trophy.
Konon award winning ad(s) adalah pencapaian total dari sekian panjang perjalanan iklan yang telah membuktikan dirinya lolos dari ‘terjangan badai internal dan eksternal’.
Seperti halnya main war game dengan semangat senjata manual, bukankah ini sebuah eksotisme ?
Lantas apakah salah dengan memenangkan award melalui initiative ad?
Tidak ada yang salah. Karena award winning yang sebenarnya adalah spirit untuk membuat iklan yang sebaik-baiknya. Bukan masalah trophy.
Hanya saja barangkali rasanya beda saat menerima penghargaan itu. Barangkali beda.
(Gandhi Suryoto, untuk Addiction)
Friday, March 23, 2007
Thursday, March 22, 2007
Wednesday, March 21, 2007
“Sunday Night Show” – don’t ‘mmmpft...’ while you drink
(Pernah nonton Newsdotcom di Metro TV, Minggu malam jam 21:30 kan?)
Suatu hari teman saya seorang Executive Creative Director agency lain (hebat bener pangkatnya, pasti kalau traveling selalu di kelas Eksekutif deh :P), menelepon saya sewaktu saya sedang di jalan :
o/o : “Halo…lu di mana?”
x/x : “Di jalan, lagi menuju ke kantor”
o/o : “Lu nyetir sendiri? Bisa ngomong nggak?”
(Naah yang begini nih bedanya, kalau Executive Creative Director emang selalu disopirin rupanya. Padahal buat saya “Driving is Believing” you knouuuw… dan bukankah dia juga sama-sama pakai SUV, masa’ sih harus disopirin?)
o/o : “Itu… bekas CD gue dulu –bule - kan baru balik ke Jakarta. Dia bikin iklan itu (foto di atas). Rupanya banyak kontroversi, banyak yang tersinggung gitu, sampai-sampai mau pada meeting ngomongin iklan diskriminatif itu. Kalau menurut lu gimana, soalnya gue musti ngasih jawaban ke dia tentang reaksi temen-temen. Nah menurut gue, lu kan orangnya obyektif… ”
(Bule. Kontroversi. Tersinggung. Meeting. Diskriminatif. Obyektif)
Nah inilah jawaban saya versi Sunday Nite Show 21: 30 :
“Kalau saya sih gampang ajaa…
Ngapain juga harus tersinggung, lha wong agency juga bukan agency punya saya atau kakek saya kok.
Lagian kalau memang outside of the box mbok ya dikasih lihat mana buktinya. Kalau iklannya begitu sih buat saya cuma narsis-narsisan aja.
Outside of the box itu kan pendapat orang lain, masak ya kita ngaku sendiri kalau kita pinter. Narsis amat.
Lagian kalau memang terbukti mikirnya selalu outside of the box, ngomongnya pasti nggak akan begitu.
Bule emang nggak ngerti kalau padi itu semakin berisi akan semakin menunduk. Ngertinya kan cuma gaji bagus, fasilitas bagus, apa-apa gratis.
Gitu aja kok rapat…. Eh, repot!”
o/o : “Oke deh, gue setuju sama elu”
Suatu hari teman saya seorang Executive Creative Director agency lain (hebat bener pangkatnya, pasti kalau traveling selalu di kelas Eksekutif deh :P), menelepon saya sewaktu saya sedang di jalan :
o/o : “Halo…lu di mana?”
x/x : “Di jalan, lagi menuju ke kantor”
o/o : “Lu nyetir sendiri? Bisa ngomong nggak?”
(Naah yang begini nih bedanya, kalau Executive Creative Director emang selalu disopirin rupanya. Padahal buat saya “Driving is Believing” you knouuuw… dan bukankah dia juga sama-sama pakai SUV, masa’ sih harus disopirin?)
o/o : “Itu… bekas CD gue dulu –bule - kan baru balik ke Jakarta. Dia bikin iklan itu (foto di atas). Rupanya banyak kontroversi, banyak yang tersinggung gitu, sampai-sampai mau pada meeting ngomongin iklan diskriminatif itu. Kalau menurut lu gimana, soalnya gue musti ngasih jawaban ke dia tentang reaksi temen-temen. Nah menurut gue, lu kan orangnya obyektif… ”
(Bule. Kontroversi. Tersinggung. Meeting. Diskriminatif. Obyektif)
Nah inilah jawaban saya versi Sunday Nite Show 21: 30 :
“Kalau saya sih gampang ajaa…
Ngapain juga harus tersinggung, lha wong agency juga bukan agency punya saya atau kakek saya kok.
Lagian kalau memang outside of the box mbok ya dikasih lihat mana buktinya. Kalau iklannya begitu sih buat saya cuma narsis-narsisan aja.
Outside of the box itu kan pendapat orang lain, masak ya kita ngaku sendiri kalau kita pinter. Narsis amat.
Lagian kalau memang terbukti mikirnya selalu outside of the box, ngomongnya pasti nggak akan begitu.
Bule emang nggak ngerti kalau padi itu semakin berisi akan semakin menunduk. Ngertinya kan cuma gaji bagus, fasilitas bagus, apa-apa gratis.
Gitu aja kok rapat…. Eh, repot!”
o/o : “Oke deh, gue setuju sama elu”
Subscribe to:
Posts (Atom)